BUPATI Magetan, Dr. Drs. Suprawoto, SH. M.Si., punya keteladanan luar biasa dalam menggiatkan semangat masyarakatnya berliterasi.
Ia menjadi figur kepala daerah literat dengan memulai dari diri sendiri, yaitu secara rutin menulis setiap pekan di media massa lokal. Sepanjang 12 tahun menulis, tulisan-tulisannya ia bukukan, dan salah satunya meraih penghargaan MURI.
“Bupati saja menulis, masa guru (masyarakat) tidak mau menulis,” ujar Suprawoto, ketika ia berbicara di hari pertama Rakor Nasional Bidang Perpustakaan Tahun 2021 Perpusnas RI bertajuk “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural” via aplikasi Zoom Cloud Meetings dan ditayangkan juga melalui kanal YouTube Perpusnas RI, Senin, 22 Maret 2021. Rakor itu berlangsung selama dua hari, 22 – 23 Maret 2021.
Keteladanan lainnya, di setiap pertemuan dan kegiatan kota, istri sang bupati juga selalu menyempatkan diri mendongeng, baik untuk anak-anak maupun untuk masyarakat lainnya. Menulis dan mendongeng telah menjadi darah daging gerakan literasi di Magetan.
Saat ini, Magetan sedang mempersiapkan Masterplan Literasi Center Magetan yang menjadi salah satu pusat kawasan wisata literasi yang disinergikan dengan objek-objek wisata di kota itu. Gedung perpustakaannya disandingkan dengan Masjid Agung yang menjadi simbol pintu masuknya pembangunan peradaban masyarakat Magetan. Spiritual kuat, masyarakat literat.
Ia juga menyulap salah satu ruangan di rumah dinasnya sebagai perpustakaan pribadi dengan koleksi ribuan buku, dan buku-buku itu rutin ia baca. Tulisan-tulisan spesifik sang Bupati khusus berbahasa Jawa yang saat ini mulai jarang dilakukan banyak orang.
“Besok kalau Tuhan tanya apa yang sudah saya perbuat untuk orang Jawa, saya akan menunjukkan ini,” ujar Suprawoto sambil menunjukkan buku-bukunya yang berbahasa Jawa.
Buku bagi Bupati Magetan adalah napas kehidupan. Ia memberi contoh kepada masyarakatnya dengan rutin membeli buku setiap bulan, bahkan sampai 200 judul sebulan.
“Cara kita menghargai pengarang ya dengan membeli bukunya,” kata Suprawoto.
Penguatan gerakan literasi di Kabupaten Literasi Magetan adalah baca-tulis. Dari gerakan membaca buku dan menulis itu menjadi pintu masuk membangun gerakan masyarakat literat: “literasi untuk kesejahteraan”. Maka, Bupati Magetan mendorong seluruh guru dan siswa di Magetan menulis buku. Dan saat ini di Megetan ribuan guru telah menulis buku. Guru-guru di Magetan menulis karena memiliki figur Bupati yang juga penulis sehingga mereka ikut antusias menulis.
Tidak hanya guru dan siswa, Bupati juga mendorong pustakawan menulis buku yang dibuktikan dengan karya-karya pustakawan yang lahir di kabupaten itu. Di Perpustakaan Daerah setempat, juga diberi tambahan layanan penerbitan, di mana masyarakat dapat melakukan konsultasi cara menerbitkan buku, mulai dari proses pengurusan ISBN, membuat desain cover hingga layout buku.
Desa-desa wisata di Magetan juga didorong menjadi Desa Wisata yang penguatannya pada literasi. Pojok-pojok baca di desa-desa wisata disebar di berbagai titik sehingga layanan dan akses ke buku mudah terjangkau dan diperoleh.
Kegiatan lain yang unik dan menarik yang didorong Bupati Magetan adalah, setiap datang bulan Purnama, di Perpustakaan Daerah Magetan digelar panggung baca puisi yang melibatkan penyair maupun pelajar, mahasiswa, guru serta masyarakat setempat untuk berpuisi. Sang Bupati, tentu tak ketinggalan ikut mebaca puisi. Di titik itu, Magetan menjadi daerah yang sangat puitis sekali.[]
Muhammad Subhan, PENULIS DAN PEGIAT LITERASI NASIONAL, TINGGAL DI PADANGPANJANG, SUMATERA BARAT