SEPEKAN lalu saya membuat tulisan tentang ribuan ulat Mangrove yang menyerang warga di Demak di laman Facebook saya. Pada tulisan itu saya beropini bahayanya ketika kita hanya fokus pada 1 (satu) jenis pohon saja di vegetasi hutan Mangrove.
Nah, sekarang saya tertarik lagi untuk mengulas tentang aksi-aksi Penghijauan yang dilakukan secara masif dengan tujuan mitigasi bencana, penghijauan ruang terbuka ataupun tujuan memperindah destinasi wisata, yang jargon “ayo menanam pohon” atau “ayo menjaga alam”.
Namun, apakah kita benar-benar telah belajar pada Alam tentang bagaimana ia mengatur dirinya? Atau jangan-jangan dengan penghijauan kita malah merencanakan bencana?
Karena saya tinggal di pesisir pantai yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari deburan ombak, opini saya kali ini memakai sudut pandang pendekatan sekitar saya, yaitu VEGETASI HUTAN PANTAI.
Hutan Pantai adalah barisan terdepan di Daerah Pesisir. Pohon besar di vegetasi tersebut yang biasa kita jumpai untuk di Pasaman Barat biasanya adalah Cemara Laut, Beringin, Ketapang, Kelapa, Baring Tonia, Mancang Laut, Jambu Monyet, Bidara Laut, Lempanai dan juga terdiri dari semak perdu yang lengkap. Vegetasi tersebut merupakan rumah dari beragam spesies juga. Di vegetasi tersebut tercipta satu siklus rantai ekosistem.
Lalu, datanglah kita masyarakat, atau pemerintah menggalakkan penghijauan dengan menanam pohon. Biasanya yang paling populer adalah Cemara. Ditanam dengan Massal beribu-ribu batang. Kadang sering pula cemara dari luar Pasaman Barat di induksi ke sini. Padahal dibeberapa kasus yang saya temui, Cemara dari luar Pasaman Barat adalah Cemara Udang bukan Cemara Laut. Ingat, itu spesies yang berbeda.
Ya, Cemara sangat populer, tapi sekali lagi benarkah kita menjaga alam dengan menanam ribuan Cemara itu? Menurut saya tidak! Kita sama saja dengan yang dilakukan oleh Perusahaan Kebun Kelapa Sawit yang menanam tumbuhan homogen (satu jenis) belaka. Ketika suatu daerah hanya dipenuhi oleh tumbuhan homogen maka hilanglah keseimbangan alamiah.
Cemara memang memiliki peran, tapi teman teman Cemara (Pohon lainnya) juga tak kalah penting, seperti Genus Ficus/Beringin/Jawi-Jawi. Jawi-Jawi memiliki struktur akar yang mengikat porositas tanah dan juga mengikat air, suatu hal yang tak bisa dilakukan oleh Cemara. Begitu juga rerumputan, selain makanan utama ternak, rumput memiliki fungsi ekologis yang tak kalah penting. Nah, kita semua tahu bukan, bahwa daun Cemara yang kering itu adalah herbisida alami yang dapat mematikan rumput-rumputan. Bayangkan jika sepanjang pantai akan dipenuhi daun kering Cemara niscaya bakal membuat rumput tak bisa hidup. Makanya jangan heran kenapa ternak-ternak saat ini menyerang kebun warga. Karena persediaan rumput di alam sudah menipis. Begitu juga dengan rumput Tapal Kuda, di beberapa wisata pantai terkenal di Pasaman Barat, Tapal Kuda sudah punah. Alhamdulillah di Maligi masih ada, sudah tau bukan apa fungsi Tapal Kuda bagi alam?
Cemara juga tidak menghasilkan buah yang bisa dimakan oleh spesies hewan liar, beda dengan Beringin, Jambu Monyet, Lempanai dan Bidara Laut. Semuanya menyediakan pakan bagi hewan-hewan liar.
So, jangan terlalu mengeksklusifkan Cemara. Ia memang penting, tapi yang terpenting adalah keanekaragaman.
Maka melalui tulisan ini saya mengajak kita semua untuk:
Pertama, jangan lakukan apapun, alam sudah ribuan tahun bisa menjaga dirinya. Tes coba tinggalkan rumah kita atau kebun kita selama 1 tahun aja jangan lalukan apapun, maka akan terbentuk satu ekosistem alami di situ.
Kedua, jika memang ada niat penghijauan baik swadaya atau melalui Pemerintah (Pusat atau Daerah) untuk di Pesisir Pantai dengan tujuan Mitigasi Bencana ataupun prospek destinasi wisata, mulailah menanam heterogen beragam jenis, jangan lagi homogen apalagi Induksi.
Kalaulah semangat menanam dan penghijauan masih hanya satu jenis pohon, maka Perusahaan perkebunan Kelapa Sawit lebih baik dari kita brow dan mereka layak menjadi “Pahlawan Penghijauan”, karena telah menghijaukan Pasaman Barat dengan Kelapa Sawit ribuan hektar. Kita mah baru 1000 Cemara, ha-ha-ha.. Maaf.
Bagi yang sudah pernah berkunjung dan adopsi pohon di Basecamp Pandah ArtGreen Maligi, coba sebutkan ada berapa jenis spesies pohon lokal yang telah kita tanam? dan bagi yang sepaham dengan saya tentang bahaya penanaman massal satu jenis pohon coba bantu beri masukan apa resiko bencana jangka panjangnya? Bagi yang tak sepaham, tidak juga mengapa karena ini hanya opini.
Mungkin, suatu saat keanekaragaman terakhir hanya kita jumpai pada sepiring Pical.[]
Maligi, 17.03.21
Bang Surya
Pedagang Seafood Segar