![]() |
Penambang Pasir. |
ARN Pessel– Penambang pasir tradisional Kenagarian Rantau Simalenang, Linggo Sari Baganti, Pessel, menggantungkan hidup pada butiran pasir di aliran sungai Rantau. Setiap hari mereka menambang pasir langsung di sungai menggunakan ban dalam truk sekaligus melakukan pemuatan pasir ke dalam truk pengangkut.
“Setiap hari kami masuk pukul 7 pagi, lalu pulang pada senja sebelum magrib. Tanpa niat surut untuk sekedar menghangatkan tungku di rumah.” Tutur Bapak Kiman (51) saat ditemui, Kamis (7/1).
Suhu kampung Rantau simalenang cenderung dingin di pagi dan malam hari karena berada di lembah perbukitan, tapi terasa panas ketika cuaca terik di siang hari. Cuaca ekstrem seperti ini setiap hari yang dirasakan oleh penambang pasir.
Ada sekitar 45 kepala keluarga menggantungkan hidup di sungai Rantau dengan berbagai macam kendala dan resiko yang mereka hadapi.
![]() |
Sungai Tempat mengantungkan harapan penambang pasir. |
“Keluhan kami banyak, bahkan belum satu orang pun kepala daerah yang memberikan bantuan atau apa segala macam pada kami. Seperti Bupati, atau bahkan Camat.
Kami butuh ban dalam truk untuk mengambil pasir dari dasar sungai, kami butuh sekop, dan banyak lainnya. Dengan berendam setiap hari di sini, dari pagi sampai magrib sangatlah rentan terkena penyakit paru-paru basah. Kami berharap, ada bantuan dari pemerintah yang transparan untuk kami khususnya terkait kesehatan.” Lanjut bapak paruh baya itu.
Ketika musim hujan, arus sungai Rantau akan sangat deras. Bahkan jika airnya meluap, mereka tidak bekerja berhari-hari.
“Satu mobil pick up pasir dibeli oleh orang seharga Rp 85.000, dipotong gaji muat-bongkar Rp 25.000, dan sewa jalan Rp 10.000. Dalam sehari kami bisa mendapatkan 2-4 pick up pasir ( 1,5 kubik). Kira-kira bersihnya Rp 100.000-200.000 sehari kalau cuaca sedang bagus dan sedang banyak pesanan. Bahkan kami pernah seminggu tidak berpenghasilan apa-apa.” Tutur Mawan.
Selain itu, penambang pasir tradisional harus bersaing ketat dengan penambang yang sudah menggunakan alat berat (galian C) di sekitaran bantaran sungai yang sama sebelah bawah aliran. Tentu dari segi penghasilan mereka akan terus terendam dengan galian menggunakan alat berat.
Dilaporkan oleh: Bima Surya