Pianis dan Komponis, Ananda Sukarlan. |
Andalas Raya News– Pianis dan komponis Indonesia Ananda Sukarlan resmi menjadi musikus klasik pertama Asia yang karyanya terdaftar dalam NFT (Non Fungible Token) tahun 2021 lalu. Selain itu komponis yang disebut harian Sydney Morning Herald sebagai “one of the world’s leading pianists (…) at the forefront of championing new piano music” ini juga adalah penerima gelar kesatriaan “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” dari Presiden Italia, Sergio Mattarella.
Tiga karya Ananda Sukarlan untuk piano telah menghasilkan dana 61.000 US$ (hampir Rp. 1 M) dalam penggalangan oleh Yayasan Habitat akhir tahun 2021 lalu. Tiga karya ini telah dibeli oleh dua pengusaha terkemuka Edwin Soeryadjaya (“dedicated to my lovely wife Julie”) dan Hilmi Panigoro, PresDir Medco Energi sehingga mereka kini juga tercatat sebagai pembeli pertama NFT karya musik klasik pertama di Asia.
NFT dari dua karya (Rapsodia Nusantara no. 35, dan Variations on “Pergi Belajar”) telah diberikan kepada para pembeli karya tersebut.
Kini ada dua lagi karya piano Ananda Sukarlan yang terdaftar di NFT dan dapat dibeli oleh publik, yaitu Rapsodia Nusantara no. 26 (berdasarkan lagu rakyat dari pulau Nias, “Tano Niha”) dan Rapsodia Nusantara no. 29 (berdasarkan lagu-lagu rakyat dari kepulauan Mentawai).
“Sudah saatnya musisi khususnya klasik harus mencoba metode baru dalam memperkenalkan dan menjual karyanya, termasuk salah satunya adalah melalui NFT. NFT ialah masa depan bagi para artworker yang sudah saatnya sekarang harus mulai beralih ke digital. NFT juga memiliki lisensi otentik yang menjamin keamanan karya”, tegas musisi yang terdaftar sebagai satu dari 100 seniman Asia paling berpengaruh tahun 2020 oleh media grup Tatler Asia.
Kegiatan lelang lagu ini diselenggarakan dalam rangka penggalangan dana Charity Auction yang diselenggarakan oleh Yayasan Habitat Indonesia. Menurut Susanto, Direktur Nasional Habitat Indonesia menyatakan, “Hasil penggalangan dana Charity Auction untuk membantu menambah membangun rumah bagi keluarga penyintas korban badai di NTT yang sedang dibangun sebelumnya dari penggalangan dana lainnya”.
Agenda tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Habitat Indonesia dan sekaligus pelelangan karya tersebut dilakukan di platform social NFT marketplace, Metaroid.
Memang sekarang sudah banyak tokoh masyarakat yang terjun di bisnis NFT. Karya NFT juga menciptakan peran galeri dan museum terkesan sebagai pasar seni yang tradisional, namun sekarang terkonversi ke dalam digital. Tingkat harga dari karya NFT terus bertumbuh jika dibandingkan dengan harga pada tahun-tahun sebelumnya. Kelebihan lainnya dari karya NFT adalah autentikasi karya seni, di mana seniman menjual karyanya dalam bentuk NFT sekaligus menciptakan batasan untuk menghindari pemalsuan atau duplikasi karya seni serupa, sehingga orisinalitasnya terjamin.
Sumber : Tim Manajemen Ananda Sukarlan
Liputan : Sulthan Indra