Pentingnya Literasi Digital : Bisa Saja Menghancurkan Tatanan Sosial Bermasyarakat Namun Bisa Juga Memberi Manfaat Finansial

banner 468x60

 

IIN MUHIDIN : Jurnalis, Aktivis Sosial dan Lingkungan

Perkembangan media sosial saat ini menjadi sebuah hubungan erat dalam kehidupan masyarakat. Mengingat hampir 70% segala kebutuhan ada di dalam genggaman– sebut saja ekonomi, pendidikan, kebutuhan dapur dan rumah tangga, hiburan, fashion, informasi dan lain-lain; semuanya itu tersedia dalam media sosial yang diformat semenarik mungkin. Hampir seluruh kalangan mengkonsumsi media sosial, mulai dari pejabat sampai masyarakat biasa, orang dewasa hingga anak-anak, masyarakat perkotaan sampai di pedesaan– untuk yang satu ini mesti belum seluruh desa terjangkau oleh fasilitas internet yang baik.

Menanggapi bagaimana segala informasi ada di genggaman, hal ini tentu tidak harus kita melawan arus perubahan zaman, terkait plus-minusnya itu bergantung bagaimana si pengguna memanfaatkan fasilitas tersebut. Media sosial tidak ubahnya semacam sebuah wisata ringan yang paling dekat dalam kehidupan. Terpenting bagaimana setiap kita menyikapi dengan sangat baik, toh juga banyak manfaatnya.

Di media sosial, berbagai problem juga banyak ditemukan bahkan media sosial juga bisa digunakan oleh seseorang untuk melakukan tindak kriminal bahkan sampai kepada pembunuhan karakter terhadap seseorang, seperti membuat berita hoaks. Lihat saja, bagaimana banyaknya kasus penipuan dan kriminal lainnya bermula dari media sosial dan bagaimana sebuah kebohongan dikemas semenarik mungkin menggunakan fitur-fitur yang tersedia di dalam aplikasi media sosial, seperti sebentuk vidio yang sudah diedit sesempurna mungkin agar pengguna medsos lainnya percaya dan menjadikan itu sebuah pembenaran.

Kurangnya pegetahuan tentang literasi digital berbanding terbalik dengan pengguna digital itu sendiri, hal itu menjadi sebab berbagai persoalan muncul berbau digital. Ini sangat jamak kita temukan, terlebih bangsa kita baru-baru ini merayakan pesta demokrasi– beragam berita hoaks yang dikemas sebagai pembenaran bagi kalangan berkepentingan menjadi konsumsi masyarakat dan meski pesta demokrasi sudah selesai namun masalah belumlah usai. Di sini kedewasaan dalam bermedia sosial di butuhkan. Masyaralat kita lebih cenderung melihat vidio reel daripada membaca, lebih senang menjadi masyarakat konsumtif daripada produktif. Inilah yang terjadi. Di beberapa grup WhatsApp sangat sering kita dapati, bagaimana anggota grup dengan bahagianya membagikan vidio-vidio yang mereka dapati di aplikasi media sosial tanpa harus mencari tahu kebenaran pastinya.

Memfilter setiap informasi yang menyebar bebas di media sosial tentu sangat diharuskan, agar kita tidak terjebak dalam konflik dunia maya menjadi konflik dunia nyata. Lalu, tugas siapa kah mengedukasi tentang digital? Temtu mejadi tugas bersama untuk memberi pemahaman, selain tugas pemerintah sebagai pemangku kebijakan yang berkekuatan hukum– salah satunya adalah membuat produk undang-undang yang netral namun mengikat– ketidak berpihakan dan tidak mengintervensi berita namun tetap memberi informasi yang akurat sebagai sarana edukatif dan tentunya menjadikan setiap informasi itu berjalan pada rel yang semestinya. Selain itu, kalangan akademisi juga berperan aktif dalam hal mendidik masyarakat, apa dan bagaimana peran digital seharusnya.

Digitalisasi, bisa saja memberi peran baru yang baik dalam kehidupan bermasyarakat tetapi bisa juga menghancurkan tatanan sosial dalam masyarakat itu sendiri.

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60